Yang paling aku senang jika ibu Maya mengajar adalah ia sering lupa kalo bagian atasnya agak terbuka sehingga tali BH yang berwarna hitam itu terlihat diantara celah celah baju seragamnya, jika waktu pelajaranya aku sering meminta duduk dibagian depan bukan karena sok pintar tapi ya itu aku ingin melihat jelas tubuh ibu Maya secara keseluruhan.
Pagi itu sekitar jam 8 lewat kami sudah dipulangkan karena akan ada rapat guru. Aku agak kesal karena pelajaran kedua matematika artinya aku gak bisa ngeliat pemandangan indah hari ini, dan untuk menghilangkan suntuk aku pun pergi main ketempat temanku.
Aku masih tak tahu aku akan mendapat rezeki nomplok. Sekitar jam 9 lewat aku pergi pulang, dan pada saat lewat sekolah aku melihat bu Maya sedang menunggu angkot, aku pun mengajaknya.
“Mari saya antar bu” ajaku tanpa berharap dia mau
“Tapi rumah ibu agak jauh kok” ia mencoba menolak
“Gak papa kok bu, gak enak sama guru PPKN” candaku setelah berpikir sebentar akhirnya ia mau
“Iya deh tapi ibu pegangan ya soalnya ibu pernah jatuh dari montor”
“Silahkan bu” setelah itu aku menjalankan montorku dengan kecepatan sedang. Tangan bu Maya yang berpegangan pada pahaku menyebabkan reaksi pada penisku, apa lagi jika mengerem pada lampu merah aku merasa ada sesuatu yang empuk menekan dari belakang. Sampai dirumahnya yang agak berjauhan dengan rumah-rumah yang lain aku disuruh masuk dulu. Dan ketika sudah duduk disofa empuk bu Maya bicara.
“Ibu ganti baju dulu ya do” setelah itu ia masuk kamar dan menutup pintu mungkin kurang rapat sehingga pintu itu terbuka lagi sedikit. Entah setan mana yang masuk kekepalaku sehingga aku memberanikan diri untuk mengintip kedalam.
Didalam sana aku bisa melihat bagaimana bu Maya sedang membuka satu persatu kancing bajunya dan setelah kancing terakhir ia tidak langsung menanggalkan bajunya, tapi itu sudah cukup membuat nafasku memburu karena aku bisa melihat kalau sepasang dadanya yang besar seperti hendak keluar.
Karena terlalu asik pintu itu pun terbuka lebar. Aku kaget dan hanya bisa mematung karena ketakutan, bahkan penisku langsung mengkerut, melihat aku bu Maya tidak terlalu kaget dan tetap membiarkan bajunya terbuka, setelah itu ia mendekati aku” kamu sering ngelihat BH ibukan.
“tanya didekat telingaku” i…ya bu” jawabku ketakutan.
“kalau gitu ibu kasih kamu hukuman” lalu ia menariku dan didudukan ditepi tempat tidur” sekarang kamu baring tutup mata dan jangan gerak kalo teriak boleh aja” katanya dengan suara nafas yang agak memburu.
Aku pun menurut karna merasa bersalah, lalu ia membuka resleting celana sekolahku menurunkan CDnya dan mengelus elus penisku dengan lembut, setelah penisku tegak lagi dia berjongkok dan menjilatinya.
“Auh… Uhh.. Uhhhhh…” rintihku menahan kenikmatan sementara bu Maya sibuk dengan aktivitasnya “ah… mhhhh… bu stop bu” rintihku karena aku merasa seperti mau meledak dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot penisku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu dan aku langsung terduduk sambil berpegangan pada tepi ranjang.
Rasanya seperti sedang melayang ia telan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku, malu takut dan senang bercampur menjadi satu. Bu Maya lalu berdiri dan tersenyum “Gimana.. lebih enak dari pada cuman liat kan…?” sambil kedua tanganya menjambak rambutku “iya bu enak sekali” jawabku mulai berani sambil ikut berdiri.
Setelah wajah kami berhadapan ia menciumku dengan lembut, lalu membimbingku duduk ditempat tidur, kami berpelukan dan bu Maya kembali menciumku, lalu melumat bibirku sementara tanganya menanggalkan seluruh pakaianku, dengan tangkas aku mengimbangi gerakan tangan itu sehingga akhirnya kami sama-sama tanpa pakaian.
Bedanya aku telanjang bulat sementara bu Maya masih memakai BH hitamnya karna memang sengaja tak kulepas. Bu Maya melepaskan ciuman bibirku lalu mengarahkan kepalaku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BHnya dan mulai meremas remas dadanya, sekali-kali aku putir putingnya sehinga ia melenguh panjang.
Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung puting sambil digigit gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali bu Maya bergoyang sambil meracau dengan kata-kata yang tidak jelas.
Setelah itu bu Maya berdiri sehingga aku berhadapan dengan vaginanya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan vaginanya yang sudah banjir itu. Setelah itu bu Maya merebahkan diri di ranjang tanganya mendekap kepalaku pahanya dibuka.
Sehinga memudahkan aku menjilat dan memasukan lidahku kedalam vaginanya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu, sehingga tubuh bu Maya semakin mengejang hebat “ssshhh…aaahhh terus do” pintanya diikuti desah nafasnya.
Sekitar lima menit kusapu vaginanya aku melepaskan dekapan pada kepalaku dan kembali mengulum bibirnya. Ia lalu meraih penisku “masukan ya do udah gak tahan “katanya dengan teregah dan membimbing penisku menerobos goa miliknya yang tak pernah lagi merasakn penis semenjak suaminya meninggal.
Aku merasakan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya, “slep…slep…slep” kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat bu Maya, sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali-kali memuntir putingnya.
“uh…ah…mmm…shhh…terus do..mmmhhh” desahnya sambil meremas pantatku. Penisku terasa semakin menegang dan vaginanya semakin hebat berdenyut memijat penisku, tak terasa sudah 10 menit kami “bergoyang”.
“ohhhh….mmmmhhh…aaaahhhhh udah gak kuat… biarin aja disitu do mmmhhh…” rintih bu Maya terpejam. Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karena juga merasakan sesuatu yang akan keluar, “ssshhh…aaaaarrrrrgggghhhhh” jeritnya sambil mencengkram punggungku, “aaaaahhhh…aahhhhhh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot dua puting susunya kuat-kuat secara bergantian. Air maniku mucrat bertepatan dengan air hangat yang terasa memandikan penisku didalam vaginanya.
Kami menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis, baru aku mencabut penisku setelah sangat lelah dan bebaring disebelahnya sambil meremas dadanya pelan-pelan. Kemudian dia menindihku dari atas dan bertanya
“gimana hukuman dari aku do…?”
“enak bu hukuman terenak didunia makasih ya bu”
“ibu yang berterimakasih udah lama ibu bendung hasrat, hari ini dan seterusnya ibu akan tumpahkan kekamu semuanya” sambil meciumku.
Setelah istirahat beberapa waktu kami melanjutkan aktivitas itu tentu saja dengan tehknik dan gaya-gaya berbeda-beda. Tak terhitung beberapa kali aku melakukanya sewaktu SMA yang jelas jika aku pulang kesana pasti kami melakukan lagi dan lagi. TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar