Hari ini, tepatnya beberapa hari sebelum menginjak bulan puasa. Aku bangun dari tidurku dengan alunan alami yang ada dalam tubuhku, tidak dengan alaram ataupun jam. Hari ini terasa berbeda bagiku, aku merasa ada yang aneh hari ini. Kulihat di sekeliling kamarku tidak ada yang berubah, semua pada tempatnya, tumpukan buku di sisi tempat tidur, sebelahnya komputer dan tidak jauh dari sana televisi juga terletak di tempat yang semestinya. Aku bertanya pada diriku, perasaan aneh macam apa ini? mungkin ini cuma perasaanku saja atau mungkin ini hanya semacam efek samping dari tidurku yang kurang nyenyak di malam sebelumnya.
Pintu kamar aku buka, aku menghirup dalam-dalam udara yang ada di sekitar, seolah aliran udara yang masuk itu memberi energi tersendiri pada pagi itu. Tapi setelah aku mulai tersadar dari rasa kantuk, tepatnya tersadar secara penuh, aku melihat sesuatu yang ganjil di jendela. Tidak seperti biasanya cahaya yang merayap di jendela itu tidak berwarna kuning keemasan seperti yang kulihat di setiap pagi, cahaya yang merambat masuk itu terlihat berwarna lebih putih ibarat sorotan cahaya dari bohlam lampu LED, tapi yang ini sedikit lebih redup. Cahaya apa ini apakah aku bangun terlalu pagi sehingga cahaya ini bukan dari cahaya matahari melainkan cahaya dari sinar lampu penerangan di gang kampungku, tapi aku yakin bahwa aku bangun pukul 7 pagi, dimana cahaya matahari sudah menampakan dirinya, dan kalaupun hari ini mendung tidak mungkin ada cahaya seperti ini. Dengan penuh tanda tanya aku melihat ke luar jendela dan apa yang tersaji di depan mataku sungguh membuat rasa takut mulai menjalar dalam diriku.
Tampak olehku langit pagi itu berbeda dengan biasanya. Langit pada pukul 7 pagi itu memuntahkan cahaya putih di seluruh permukaan bumi. Cahaya ini tidak terlalu menyilaukan, aku masih tetap bisa memandang ke langit tanpa rasa perih di mata. Apa yang terjadi? pertanyaan inilah yang menggelayuti dalam benaku. Aku bergegas mencari Ibu yang biasanya pada pagi hari beliau sudah dengan cekatan membersihkan rumah. Pemandangan berbeda juga terjadi ketika aku melihat beliau, aku melihat beliau hanya duduk di kursi ruang televisi dengan raut muka datar. Aku bertanya pada Ibu “ada apa ini bu?” beliau hanya diam terpaku di kursi tanpa menjawab pertanyaanku. Duh gusti apa yang terjadi dengan sekitarku atau mungkin apa yang terjadi dengan semua ciptaanmu? Tidak mau terhanyut dengan perasaan bingung yang semakin menggerogoti diri ini, aku memutuskan untuk keluar rumah dan melihat secara jelas apa yang terjadi di sekitar.
Tepat di depan rumah aku melihat tentangga di depan rumahkuu juga duduk termangu dengan raut muka datar tanpa ekspressi seperti yang kulihat pada raut muka Ibu. Kenapa semua orang ini? Aku merasa bahwa hanya aku yang memiliki kesadaran dan bisa melihat perubahan ajaib yang ada di sekitar. Pikiranku menyanggah “ah mungkin di jalanan depan rumah, ada orang yang sama denganku mengalami kebingungan dan aku bisa bertanya apa yang sedang terjadi” Aku putuskan untuk pergi ke depan gang rumah untuk melihat kondisi jalan dan ternyata semua orang yang kulihat sama seperti Ibu dan tetanggaku, mereka seperti patung dengan berbagai posisi tanpa menujukan raut ekspressi wajah. Apa mungkin di tempat lain juga seperti ini. Jika jawabanya “Ya” maka aku khawatir cuma aku saja yang memiliki kesadaran ini. Jika hanya aku yang memlikinya, maka aku sendirian di dunia ini.
Keadaan ini membuatku khawatir, dalam benaku terbersit gambaran bahwa hari ini adalah hari kiamat, atau hari dimana dunia menjadi kacau dan hancur lebur. Tapi aku berusaha menepis hal ini, aku merasa aku belum siap untuk ini. Banyak hal buruk yang aku lakukan di hari, bulan dan tahun sebelumnya. Aku merasa ngeri membayangkan hari kiamat telah datang sebelum aku bisa mempersiapkan diri, tapi apakah benar hari ini adalah hari kiamat?
Kupandang langit untuk memastikan itu, jika benar hari ini adalah kiamat, maka menurut gambaranku akan ada tanda-tandanya. Entah itu matahari yang terbit dari arah sebaliknya atapun benda langit besar yang jatuh menimpa bumi seperti jaman dinosaurus. Setelah kutatap langit, aku melihat ada yang ganjil disana. Kulihat dengan jelas ada bulan yang muncul di pagi hari, tetapi bulan itu nampak berwarna merah darah. Terlihat sangat pekat warnanya dan tampak jelas di mataku bopeng dan retakan bulan yang biasnya tak nampak ketika dipandang dari bumi. Kuarahakan pandanganku ke sisi lain langit. Betapa terkejutnya aku melihat dengan jelas Planet Jupiter. Planet ini mudah sekali kukenali karena plnet ini memiliki ciri tersendiri dari planet lainya, ada sabuk melingkari planet ini. Penampakan jupiter ini sungguh ganjil karena jaraknya dengan bumi cukup jauh dan tidak mungkin penduduk bumi bisa melihatnya dengan mata telanjang dari bumI, tanpa menggunakan teleskop.
Ditengah kekacauan ini aku bingung, limpung dan seakan tidak ada sandaran, tenatang apa yang harus aku lakukan. Tidak lama aku, ditengah aku merasa terseok melihat pemandangan sekitar, aku melihat ada sosok yang menghampiriku. Sosok ini nampak menggunakan pakaian muslim, bawahan sarung dan peci yang bertengger di kepalanya. Sosok ini perlahan menghampiriku, aku menatapnya. Ketika sosok ini semakin dekat ada cahaya yang secara mendadak keluar dari belakang punggung orang ini oleh sebab itu aku tidak bisa menjelaskan bagaimana rupa wajahnya. Semburan cahaya ini menyentaku dan seketika itu juga aku bangun dari tidurku.
Aku bangun dari tidurku, sekali lagi. Tapi apakah ini memang bangun dari tidur yang sesungguhnya atau justru ini hanya jalinan rantai mimpi yang masih belum selesai? Untuk memastikanya aku keluar dari kamar dan langsung melihat jendela. Rasa lega kudapatkan ketika aku melihat cahaya yang merayap dari jendela, karena cahaya yang nampak berwarna kuning keemasan seperti biasa. Segera setelah itu aku menuruni tangga dan memastikan untuk melihat Ibu, berharap semoga beliau tidak nampak seperti di dalam mimpiku. Ternyata aku melihat beliau sedang berbincang dengan tetangga depan sembari memegang sapu di tangan kananya, seketika itu rasa syukur aku panjatka pada Tuhan.
Aku merasa bahwa apa yang aku lihat dalam mimpi itu sungguh menyeramkan dan aku merasa itu adalah kiamat. Tapi dengan cepat aku menyanggah bahwa yang kulihat dalam mimpi itu bukan kiamat meskipun itu membuatku merasa ketakutan, karena kiamat yang sebenarnya lebih menyeramkan dari yang aku lihat di dalam mimpi. Dalam benaku aku berkata “Yang kulihat dalam mimpiku saja sudah cukup membuat aku takut, bagaimana dengan kiamat yang sebenarnya, Apakah aku sudah siap?”