-

 photo suryaqq728x90_zps62axxndh.gif  photo judi13-728x90_zpsa5peghff.gif
 photo Firaun-Poker-728x90_zpsmmky9jss.gif
 photo im2bet-928x90_zpsw6rsjjqf.gif  photo klikbet_zpsf2qh2m6h.gif

Olahraga

Minggu, 10 Juli 2016

Cerpen : Cintamu Cahaya

Aku terbangun di deringan kesepuluh handphoneku berbunyi. Aku melirik jam dinding di kamarku. Jam tiga pagi. Sialan siapa yang menelepon pagi-pagi buta begini. Dengan malas aku mengangkat telepon itu.
“aabbbaaannggg!!!” Aku refleks menjauhkan telingaku dari hpku. Suara cempreng yang sangat aku kenal itu. Sukses membuat telingaku berdenyut pagi-pagi buta begini sh*t!!!
“apa?”. Aku menjawab dengan malas
“masih molor ya?. Ini udah jam berapa? Buruan ntar telat ke resto. Udah buruan mandi sana cepeett!!!”. Perintahnya.
“iya bawel”. aku langsung mematikan telponya. Dari pada harus mendengar dia merepet panjang lebar. Padahal aku sendiri yang memintanya untuk membangunkanku. Huuhhh!! Menyebalkan.
Aku masih saja ingat peristiwa semalam. Setengah jam singkat aku bertemu dengan cahaya, kekasihku. Namanya secantik wajahnya yang bercahaya. Aku mencintainya semenjak delapan tahun lalu. Sampai saat ini. Ratusan kali aku menyatakan cintaku kepadanya. Ratusan kali juga aku ditolak mentah-mentah. Sampai suatu saat tepatnya satu bulan lalu. Dia menerima cintaku. Setelah sekian lama. Entah dia khilaf atau sedang terhipnotis sampai dia mau menerima cintaku. Tapi aku bahagia. Sampai-sampai aku harus mentraktir bella es puter yang diidam-idamkannya. Karena aku kalah taruhan. Bella bertaruh kalau kali ini aku menyatakan cinta lagi kepada cahaya pasti diterima. Sedangkan aku yang sudah pesimis menyangkal habis-habisan hingga muncullah ide gila bella. Mengajakku taruhan. Jika cahaya menerima cintaku. Aku harus mentraktir dia es puter favoritnya. Dan tololnya lagi aku setuju. Entah keajaiban seperti apa yang terjadi cahaya akhirnya menerima cintaku. Aku sangat bahagia saat itu. Sampai-sampai bella aku traktir 2 cup es puter favoritnya. Sebagai tanda terima kasihku.
Tapi kebahagiaanku hanya berlangsung satu bulan saja. Semalam saat aku bertemu denganya di belakang musholah. Aku merasakan bahwa duniaku hancur saat mendengar bahwa dia akan dinikahkan. Dengan seseorang yang aku kenal juga. Tetangga dekat rumahku.
“jadi adek terima lamaranya?” Aku sekuat tenaga mencoba tegar.
“bukan aku a’ tapi wak yang menerima. Aku nggak mau nikah sama dia” cahaya masih saja sesegukan. Matanya yang sudah bengkak itu membuatku hancur. Cahaya memang sudah yatim piatu. Dia tinggal dengan wak dan neneknya. Mungkin saja waknya sudah tidak mau repot lagi mengurusnya sehingga memilih jalan pintas untuk menikahkan cahaya dengan laki-laki lain. Laki-laki tukang kawin. Dia sudah tiga kali menikah. Aku tidak rela jika cahaya menjadi istri keempatnya.
“a’ jangan diem aja” cahaya makin histeris. Aku merengkuhnya. Memeluk erat tubuhnya. Mencium lembut rambutnya.
“a’ bakalan ngomong sama ibu a’. A’ akan lamar cahaya. A nggak rela cahaya nikah sama orang seperti itu” dia mempererat pelukanya. Hingga air matanya terasa di dadaku. Yang kini sudah banjir dengan air matanya.
Saat aku memasuki resto yang masih remang-remang karena hanya beberapa orang pegawai yang baru datang. Aku melihat tubuh kecil dengan jilbab dan kacamata yang selalu jadi ciri khasnya. Dengan bersenandung kecil mempersiap peralatan masak. Dia tersenyum melihatku.
“morning curut international. Telat weeh telaat” sapanya meledekku dengan senyum sumringahnya. Curut international adalah panggilan kami para chef restaurant bandara soekarno-hatta sebagai tanda keakraban.
“baru telat lima menit” jawabku malas.
“time is money right?” Gayanya songong.
“matre lo” aku menoyor keningnya sampai dia meringis. Kami bekerja dalam diam. Dia menyiapkan bahan-bahan masakan sedangkan aku mendepros ayam. Sebelum resto ini buka jam 5 subuh. Di mana lagi coba reataurant buka sepagi itu kalau bukan di bandara.
“bel gue mau sholat subuh dulu. Ikut gak?” Aku melepas epronku.
“nggak lagi pms” jawabnya sambil nyengir lebar. Aku pun meninggalkannya.
“apa cahaya kabur?” Aku baru saja tiba di parkiran motor saat mendapat telpon dari sepupunya cahaya yang memang sudah tau hubungan kami. Aku bergegas meninggalkan bandara dan bella yang tercengan melihat aku begitu terburu-buru. Aku langsung menelepon cahaya menyuruhnya pulang. Tapi dia menolak. Dia tidak ingin pulang jika dinikahkan dengan paksa. Dengan orang yang dia tidak cintai. Akhirnya aku memutuskan untuk bicara pada orangtuaku supaya melamar cahaya secepatnya. Tapi semua tak seperti dugaanku. Keluargaku menolak. Karena memang keluarga kami yang bermusuhan sejak dulu. Entah karena masalah apa. Aku meminta pengertian mereka tapi mereka menolak. Aku kehabisan akal. Dan memutuskan untuk melamar cahaya sendiri. Kenekatan yang ditentang orangtuaku tapi aku tidak peduli. Aku mencintai cahaya. Sangat mencintainya. Bertahun-tahun aku menunggunya. Sampai hingga tiba saatnya dia menerima cintaku dan aku tidak rela jika semua hancur dengan cara seperti ini. Tapi ayahku mengancam tidak akan mengakui aku sebagai anaknya lagi jika aku masih tetap bersi keras menjalin hubungan dengan cahaya.
“handmade oyster miesua one” aku berteriak menyebutkan pesanan konsumen.
“oke thank you” jawab bella dan badru bersamaan. Sambil mereka tertawa. Aku masih saja melayani tektek bengek Keinginan konsumen. Sedangkan bella dan badru yang bertugas hari ini. Sibuk memasak. Mungkin di semua resto. Hanya outlet kami yang paling berisik. Dengan adanya makhluk mungil yang hobinya teriak sambil jingkrak-jingkrakan. Lumayanlah buat hiburanku.
Hubunganku dengan cahaya sudah berakhir enam bulan lalu. Saat dia memutuskan hubungan kami dengan begitu mudahnya. Dia memang tidak jadi menikah dengan laki-laki tukang kawin itu. Tapi bukan berarti hubungan kami direstui. Saat malam terakhir itu. Malam paling menyakitkan enam bulan lalu itu. Dia memutuskan hubungan kami dengan sepihak. Mengatakan bahwa hubungan kami tidak mungkin direstui. Aku berusaha mati-matian mempertahankan hubungan ini. Berjuang meminta restu keluargaku dan keluarganya. Tapi hasilnya nihil..
“hubungan itu terdiri dari dua orang bang. Perjuangan dari dua orang juga. Kalau selama ini cuman abang yang berusaha sementara dia Cuman diam dan hobbynya minta putus terus. Berarti emang dia nggak cinta. Simple kan?” Celetuk bella enam bulan lalu. Saat aku curhat denganya. Karena dia cewek satu-satunya di group kami. Jadi hanya dia tempatku mencurahkan keluh kesahku.
Aku masih sering bertemu dengan cahaya. Masih sering berpapasan. Hanya saat ini kami tak saling bertegur sapa lagi. Mungkin memang takdirku harus begini. Tapi cintaku ini nggak pernah hilang. Sedikitpun. Meski kini rasanya jarak yang kamu buat terlalu jauh cahaya..
Tapi sejauh apapun cahaya matahari. Tetap bisa menghangatkan semua mahluk di bumi ini kan?. Begitu pun kamu cahaya. Sejauh apapun kamu menghindari aku. Tapi cintaku tidak akan pernah berubah.
Cerpen Karangan: Bella Efriani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar