Telpon Iseng
Telepon berdering di kantor pusat FBI.
"Halo?"
"Halo, apakah ini FBI?"
"Ya. Apa yang Anda inginkan?"
"Saya menelepon untuk melaporkan tetangga saya Adrian Thibodeaux. Dia memiliki narkoba yang disembunyikan di dalam kayu bakarnya!"
"Terima kasih banyak untuk informasinya, Pak."
Hari berikutnya, para agen FBI turun di rumah Thibodeaux. Mereka mencari kayu bakar di gudang. Menggunakan kapak, mereka membelah setiap potong kayu, tetapi tidak menemukan narkoba. Mereka meminta maaf kepada Thibodeaux dan pergi.
Telepon berdering di rumah Thibodeaux.
"Hei, Adrian! Apakah FBI datang?"
"Yeah!"
"Apakah mereka memotong kayu bakar Anda?"
"Yap"
"Bagus, sekarang giliran Anda untuk menelepon, saya perlu taman saya untuk dicangkuli."
gimana?
SALAH NURUNIN RESLETING
Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.
Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.
Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.
Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.
“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”
Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”
Si Jono
Iteung baru saja di terima sebagai guru bimbingan konseling di sebuah sekolah.
Suatu hari dia melihat si Jono berdiri sendirian di pinggir lapangan belakang sekolah, sementara ada murid yang lain sedang asyik bermain bola di tengah lapangan.
Karena merasa kasihan, Item mendekat dan menyapa dengan ramah. "Hai Jono, bolehkah Bu Guru menemani kamu?"
"Iya, boleh Bu", Jono menjawab. Tapi pandangan mata anak itu masih tertuju pada teman-temannya di tengah lapangan.
"Ah, anak ini kasihan sekali.. Pasti dia ingin ikut bermain", pikir Iteung.
Sebagai guru bimbingan konseling yang baik, Iteung ingin tahu masalah apa yang membuat Jono menyendiri seperti itu.
Item pun bertanya, "Kenapa kamu berdiri di sini sendirian, jono?"
Jono menjawab "Saya sedang jadi kiper, Bu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar