-

 photo suryaqq728x90_zps62axxndh.gif  photo judi13-728x90_zpsa5peghff.gif
 photo Firaun-Poker-728x90_zpsmmky9jss.gif
 photo im2bet-928x90_zpsw6rsjjqf.gif  photo klikbet_zpsf2qh2m6h.gif

Olahraga

Selasa, 28 Juni 2016

Kesehatan : Acaman Mematikan, Aktivis Lingkungan Desak Jokowi Tinggalkan Batubara dalam 35.000MW

Sejumlah aktivis koalisi Break Free yang terdiri dari Greenpeace, WALHI dan JATAM, mendesak Pemerintah dan perusahaan untuk menghentikan penggunaan batubara sebagai sumber energi yang digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Hal ini karena batubara dianggap menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan sosial, khususnya kesehatan masyarakat.
Greenpeace menyampaikan bahwa polusi dari pembangkit listrik batubara telah menyebabkan 6.500 kematian dini per tahun di seluruh dunia, karena berbagai penyakit pernapasan.
“Setiap pembangkit listrik tenaga batubara membawa risiko kesehatan tinggi bagi rakyat Indonesia. Kematian terjadi lebih cepat dari waktunya akibat stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit jantung dan pernapasan lainnya. Dampak kesehatan ini terutama mengancam anak-anak,” kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia dalam siaran pers yang disampaikan kepada Aktual.com, Minggu (15/5).
Mereka prihatin dengan program pemerintah Indonesia dalam pengembangan pembangunan proyek 35.000 MW listrik yang diketahui lebih dari 60 persen menggunakan sumber energi berasal dari batubara, sementara sumber energi terbarukan hanya mendapat porsi sebesar 20 persen.
“Kita menagih janji untuk mengedepankan keselamatan rakyat dan mengatasi masalah iklim yang kian kronis,” kata Koordinator JATAM (Jaringan Advokasi Tambang), Hendrik Siregar
Sedangkan Juru Bicara Eksekutif Nasional WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Khalisah Khalid menambahkan bahwa mereka menuntut keseriusan dan tanggungjawab negara untuk segera berhenti memproduksi pembangunan yang berisiko tinggi baik bagi lingkungan hidup, keselamatan dan ruang hidup rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar