Pagi hari yang cerah, Bunda membangunkan Bunga yang sedang tertidur pulas di kamarnya, Bunga ialah anak satu-satunya dari pasangan Bapak Andy Hermawan dan Ibu Siska Yulianti, Bunga pada dasarnya anak yang ceria dan cerdas ia juga sangat aktif dalam bergaul hingga ia banyak sekali memiliki teman dan hari ini adalah hari ulang tahunya yang ke-5, ia sangat gembira karena hari ini ayahnya bunga mengadakan pesta kecil untuk bunga dan pesta itu banyak didatangi oleh teman-teman dan gurunya bunga, dan setelah meniup lilin dan memotong kue bunga banyak sekali menerima hadiah dari teman-teman dan guru sekolahnya dan pesta pun belum selesai bunga dan teman-temanya bernyanyi dan bermain bersama dan setelah puas dengan pestanya teman-teman dan gurunya bunga pun pulang dan setelah mereka pulang ayah dan bundanya bunga memberikan hadiah pada bunga ayahnya memberikan hadiah sepeda dan ibunya memberi sepatu dan tentu saja itu menambah kebahagian bunga hingga malam yang larut membuatnya mengantuk dan tertidur di pangkuan ayahnya.
Keesokan harinya Bunga dan keluarganya sarapan bersama dan saat sarapan tersebut Bunga berkata “Ayah kalau ayah udah pulang nanti ayah mau kan ajarin Bunga main sepeda” dengan terseyum ayah Bunga mengganguk dan tentu saja itu membuat Bunga sangat bahagia, dan setelah sarapan Bunga dan ayahnya berangkat untuk menyelesaikan rutinitasnya masing-masing, ayahnya berangakat ke kantor dan bunga pergi ke sekolahnya yaitu TK (taman kanak-kanak) Permata Bunda tempat bunga bersekolah setiap harinya.
Setelah pulang sekolah seperti biasa ia dijemput Bundanya setelah sampai di rumah Bunga sangat bersemangat untuk menunggu ayahnya pulang bekerja bahkan Bunga sudah membawa sepedanya ke halaman rumah sambil berharap ayahnya cepat pulang, akhirnya setelah jam menunjukan pukul 16.00 ayahnya Bunga pulang tapi dengan wajah yang mengerut dan tidak nampak ada semangat sedikit pun dalam dirinya sejenak Bunga terdiam karena ayahnya tidak mencium keningnya bahkan melihatnya saja tidak setelah Bunda bertanya pada ayahnya Bunga ternyata ayahnya Bunga sedang ada masalah di kantor bahkan pekerjaannya dibawanya ke rumah.
Dan setelah Bunda mengetahui hal tersebut Bunda berkata pada bunga bahwa ayahnya sedang tidak bisa mengajarinya bermain sepeda karena ayahnya sedang banyak pekerjaan dengan wajahnya yang cemberut karena Bunga belum mengerti permasalahan orang dewasa dengan keras kepalanya dia tidak mau tau dalam hatinya berkata bahwa ayahnya harus mengajarinya bermain sepeda karena menurutnya ayahnya sudah berjanji padanya, dan pergilah Bunga ke tempat ayahnya yang sedang mengerjakan pekerjaan kantornya dan Bunga berkata “ayah ayo ajarin bunga main sepeda ayo ayah ayo” dengan pelan ayahnya Bunga menjawab “lain kali aja ya Bunga ayah lagi banyak pekerjaan” karena Bunga sangat keras kepala ia terus mengajak ayahnya hingga hampir saja ayahnya marah pada Bunga tapi untung saja Bundanya Bunga bisa menenangakan ayahnya Bunga kemudian Bunda pun langsung mengajak Bunga bermain sepeda bersamanya hingga mentari yang terbenam menyudahi mereka bermain sepeda.
Pada malam harinya lagi-lagi Bunga membuat janji pada ayahnya agar ayahnya mau mengajarinya bermain sepeda dan ayahnya pun lagi-lagi membuat janji dengan mengatakan iya dan setelah itu Bunga pun pergi tidur dan seperti biasanya sebelum ia tidur Bundanya selalu membacakan Dongeng kesukaannya Bunga setelah tertidur Bunda mencium kening Bunga dan meninggalkanya pergi ke kamarnya, keesokan harinya seperti bisanya Bunga dan ayahnya melakukan rutinitas seperti biasanya setelah Bunga pulang ia lagi-lagi menunggu ayahnya pulang dan setelah ayahnya pulang hal seperti kemarin terjadi lagi ayahnya masih saja sibuk dengan urusan kantornya, tapi kali ini Bunga benar-benar tidak ingin kalah pada ayahnya ia terus meminta ayahnya mengajarinya bersepeda bunga berkata “ayah ayo ajarin Bunga bersepeda ayahkan sudah janji” dan ayah Bunga tetap tidak bisa tapi Bunga tetap tidak mau kalah hingga ayahnya bunga marah dan membentak Bunga “Hei Bunga kamu ini benar-benar tidak mengerti ya ayah kan udah bilang ayah lagi sibuk” Bunga pun langsung terhentak dak menangis “ayah maafin Bunga udah ganggu ayah Bunga janji ini yang terakhir kalinya Bunga meminta ayah mengajarin Bunga bersepeda dan sekali lagi Bunga minta maaf udah ganggu ayah terus” kemudian Bunga pergi meninggalkan ayahnya.
Setelah Bunga pergi ayahnya berfikir apakah ia terlalu kasar pada Bunga dan ia berencana mau mengejar Bunga dan bersamaan rencananya itu ia mendengar suara benturan yang sangat keras dan ia langsung berlari keluar dan setelah ia berada di luar ia melihat sepeda kesayangan Bunga yang ia beriakan telah tergeletak di jalan dengan keadaan rusak parah dan di sebelahnya ia melihat bunda sedang menagis memeluk bunga yang berlumuran darah, spontan ia berlari ke arah bunga yang sudah setengah sadar di sana ia menangis dan meminta maaf pada Bunga “Bunga maafin ayah, ayah kali ini benar-benar janji ayah akan ngajari Bunga bersepeda” dalam keadaan setengah sadar Bunga tersenyum “untuk apa ayah minta maaf, ayah ngak salah kok Bunga yang salah Bunga yang selalu maksain ayah untuk ngajarin Bunga bersepeda dan kali ini Bunga benar-benar ngak akan minta ayah ngajarin Bunga bersepeda lagi karena Bunga akan belajar sama Tuhan” ayahnya Bunga terus menangis dan meminta Bunga tetap kuat dan Bunga juga meiliki permintaan pada Bundanya “Bun maafin Bunga iya selalu merepotkan Bunda dan Bunga ada permintaan terakhir tolong Bunda cerita’in Dongeng yang sering Bunda bacakan sebelum Bungan tidur, karena Bunga sekarang mau tidur Bun” Bunda pun memeluk Bunga dengan sangat erat “Bunga jangan berbicara seperti itu Bunga pasti sembuh Ambulan bentar lagi datang” sekali lagi bunga tersenyum “Bunga mohon Bun” dan setelah mendengar permohonan Bunga tersebut Bunda menceritakan Dongeng tersebut dan belum lama Bunda bercerita Bunga pun tertidur, tapi kali ini Bunga tidak akan Bangun lagi karena ia sudah pergi untuk selamanya setelah Bunga menutup matanya ayahnya Bunga menangis histeris dan terus meminta maaf pada Bunga dengan perasaan yang sangat menyesal.
Seberat apapun masalahmu keluarga adalah tempat terbaik untuk mencari solusinya
Cerpen Karangan: Sindi Kurniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar