Tepat pada tanggal 21 juni 2014 aku dinyatakan naik kelas, yakni kelas IX, libur 2 minggu. Aku menjadi rindu akan teman dan sahabatku, 7 juli 2014 aku sudah masuk sekolah, kelas baru lagi, yak ni kelas 9, hari pertama masuk sekolah, aku sangat bersemangat, saat menuju ke kelas salah satu sahabatku yang bernama mava berteriak memaggil namaku “Indii!!” sontak aku melambaikan tangan ku
Tepat pukul 07:00 WIB. Bel berbunyi kring… kring…! pertanda masuk kelas, kami bergegas masuk, hari ini sedikit berbeda, tempat duduk para siswa diatur oleh wali kelas, yang artinya kita tidak bisa memilih dengan bebas akan duduk dengan siapa. Wali kelasku berkata “Indi, karena kamu juara kelas saat kelas 8, kamu bebas memilih teman yang akan kamu ajak duduk dan bekerja sama dengan kamu, silahkan pilih 4 teman kamu”, aku memilih mava, niken, fadil dan aldi. Saat itu di kelas diterapkan duduk secara berkelompok.
Saat jam istirahat sahabatku menghampiriku, “Indi? Kamu kok milih aldi gabung atau duduk sama kita” ujar mava, “lah emang aku salah milih dia, kan dia temen kita juga kan?” jawabku, “iya Indi, tapi seharusnya kamu milih oki, kamu gimana sih, kita, niken fadil sama oki kan sahabatan, tapi kenapa kamu milih aldi buat duduk bareng sama kita, dan bukannya oki” sahut mava lagi. Aku terdiam sejenak, aku juga bingung kenapa aku tidak memilih oki untuk duduk bersama, dan malah memilih aldi, karena saat aku memilih, aku spontan mengucapkannya. Sejujurnya aku penasaran kepada Aldi, saat kelas 8 dulu, ia selalu menolak untuk diajak bergabung dengan kelompokku. Dia seperti menghindar dariku, untuk menyimpulkan dia marah kepadaku itu sepertinya tidak mungkin.
Saat jam pelajaran Matematika, aku lihat aldi dan sinta saling bertatapan, aku dan sahabatku mengira mereka saling suka, dan kami juga sering menggoda mereka, “cieee aldi, sinta kalian saling suka yaaa” ujar niken, sinta tersipu malu dan aldi hanya menunduk.
Hari demi hari berlalu, pada saat jam kosong, sahabatku niken berkata padaku bahwa ada yang menyukaiku, aku tak menggubrisnya, aku hanya menganggap itu sebuah candaan. Namun keesokan harinya Aldi menyatakan cintanya kepadaku, aku pun sontak terkejut, bagaimana tidak. Selama ini sinta nampak menyukai aldi, begitupun sebaliknya, aku tak menjawab pernyataan cintanya, yang ada di pikiranku hanya “bagaimana jika sinta tau kalau Aldi menembakku, aku selama ini sangat mendukung jika sinta bersama aldi, aku bisa dianggap menusuk teman dari belakang,”
Keesokan harinya Aldi meminta jawaban dariku, aku bingung, aku memang menyukai Aldi, tetapi aku tak mungkin menerimanya, karena temanku juga menyukainya. Yang bisa aku lakukan yakni meminta waktu kepada Aldi, dan aldi mau mengeerti dan memberiku waktu untuk memberikan jawabannya. Aku bergegas menuju kelas, namun saat aku tiba di depan kelas, aku melihat sinta sedang duduk sambil menangis, aku menghampirinya, dan ternyata ia sudah tau jika Aldi menembakku, Sinta juga berkata bahwa ia ikhlas jika aku berpacaran dengan Aldi, dan dia juga tidak akan marah kepadaku. Aku terdiam, aku merasa tak enak kepadanya.
Malam ini aku berfikir apakah aku akan menerima Aldi atau tidak, aku masih bingung, ini pertama kalinya dalam hidupku mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang, aku belum pernah pacaran. Setelah aku pikir matang-matang, aku mengambil handphoneku di meja dan mengirim pesan singkat ke Aldi, aku mengatakan kepadanya bahwa aku menerima pernyataan cintanya,
Kini kami resmi berpacaran, di sekolah kami selalu bersama, makan, mengobrol bahkan mengerjakan pr bersama, saat aku bersama Aldi aku benar-benar mengerti apa itu cinta, cinta itu saling melengkapi, aku sungguh sangat bahagia bersamanya. Kami sering menghabiskan waktu bersama, meskipun sering dihampiri masalah alhamdulillah kami bisa mengatasi itu
Namun akhir-akhir ini. Aldi tak mengabariku sama sekali dan sikapnya pun juga berubah, sampai di sekolah aku menanyakannya, mungkin ia ada masalah, namun ia hanya menjawab jika ia sibuk, aku berusaha mengerti akan kesibukannya, tapi, sikapnya yang membuatku bertanya-tanya. Aldi tidak seperti dulu lagi, ia terkesan lebih cuek kepadaku, berhari-hari aldi tak membalas pesanku dan sikapnya pun berubah. Aku memberanikan diri unruk bertanya tentang kejelasan hubungan kami. Dan pada hari itu juga Aldi memutuskan hubungan kami dengan alasan ia tidak diperbolehkan pacaran oleh orangtuanya. Aku berusaha menerima walaupun dengan berat hati
Sekarang aku jalani hari-hariku tanpa Aldi, aku berusaha kuat dan terus fokus belajar demi meraih cita-citaku, kabar terakhir yang aku dengar darinya bahwa, dia sudah memiliki pacar baru. Aku hanya cukup tersenyum, meskipun semua yang ia katakan padaku bohong. Aku sadar hidup ini juga tidak harus selalu tentang cinta, karena memiliki sahabat yang selalu ada untuk kita itu jauh lebih baik
Cerpen Karangan: Khofifah Rozaniyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar