-

 photo suryaqq728x90_zps62axxndh.gif  photo judi13-728x90_zpsa5peghff.gif
 photo Firaun-Poker-728x90_zpsmmky9jss.gif
 photo im2bet-928x90_zpsw6rsjjqf.gif  photo klikbet_zpsf2qh2m6h.gif

Olahraga

Rabu, 03 Agustus 2016

Cerpen : Janji Yang Tak Dapat Ditepati

Di sebuah rumah sakit besar di Tokyo, seorang Ibu sedang menjalani proses persalinan. Hingga akhirnya sang buah hatinya pun lahir ke dunia ini. Suara tangisan pertama sang bayi membuat sang Ibu tersebut sangat bahagia. Bayi tersebut diberi nama Miharu. Namun tak lama kemudian kebahagiaannya itu lenyap seketika, ketika Dokter menyatakan bahwa kedua mata Miharu buta. Sang Ibu menangis tersedu-sedu mendengarnya. Ia sangat sedih karena anaknya yang baru lahir tidak bisa seperti anak-anak lain pada umummnya. Namun sang Ibu tetap merawat Miharu dengan sabar.
8 tahun kemudian…
Semakin lama Miharu mulai menyadari bahwa setiap hal yang tampak di matanya hanyalah gelap dan hitam saja. Di benak miharu mulai penuh dengan pertanyaan dan rasa penasaran. Ia pun bertanya kepada Ibunya.
“Bu… Kenapa semua yang kulihat hanyalah gelap? Kenapa aku tidak bisa melihat Ibu? Padahal ibu bisa melihatku.” Tanya Miharu dengan penuh kepolosan dan keingintahuannya pada sang Ibu.
“Nak…, dunia ini memang gelap, tapi bersabarlah sebentar lagi cahaya akan datang dalam hidupmu, itu pasti. Kau tenang saja, Ibu berjanji padamu akan membawamu ke tempat itu secepatnya.”
“Benarkah?”
“Iya…” kata sang ibu dengan senyuman manis di wajahnya.
Padahal yang Ibu tersebut maksud adalah pergi untuk operasi mata. Sang ibu tersebut tidak tega memberitahukan pada anaknya kecacatan fisiknya, terlebih lagi usianya yang masih kecil dan belum mengerti apapun. Namun 7 tahun yang lalu ia mulai mengumpulkan biaya untuk operasi mata anaknya, dan sekarang biaya yang dibutuhkan telah lebih dari cukup untuk pembiayaan operasi mata Miharu.
Beberapa hari kemudan sang Ibu membawa Miharu ke stasiun kereta untuk pergi ke Rumah sakit untuk operasi mata. Miharu dan Ibunya duduk di bangku stasiun untuk menunggu kereta tujuan mereka datang. Tiba-tiba Miharu merasa haus, dengan segera sang Ibu pun mencarikan minuman untuk anaknya. Sang Ibu menyuruh Miharu agar tetap diam disini karena ia akan segera kembali. Miharu menunggu dengan tenang dan dengan wajah gembira yang terus telukis di wajahnya.
Setelah lama menunggu sang Ibu tak kunjung kembali, kereta tujuan mereka juga telah berangkat 30 menit yang lalu. Namun Miharu tetap sabar menunggu ibunya. Tiba-tiba ada seorang laki laki paruh baya yang mendatanginya. Ternyata itu adalah paman Miharu yang bernama Takeshi.
“Miharu, ayo kita pulang nak…!” kata sang Paman dengan nada yang sedih
“hah!… Paman Takeshi?” kata Miharu dengan spontan karena mendengar suara Pamannya yang tidak asing di telinganya.
“Iya, ini paman… ayo Miharu, kita pulang!”
“Aku tidak mau! Aku sedang menunggu ibu! Ibu akan membawaku ke tempat yang terang dan indah hari ini. Ibu sudah janji.” kata Miharu. Sang Paman hanya terdiam mendengar jawaban Miharu.
1 JAM YANG LALU
Sang ibu terus mencari cari minuman, namun ia tak kunjung menemukannya. Lalu tiba-tiba ia melihat sebuah mesin minuman tepat di seberang jalur rel kereta, Sang Ibu sangat bahagia, tanpa pikir panjang, ia pun langsung berlari ke seberang jalur rel kereta. Namun naas, dengan disaat yang bersamaan sebuah kereta melesat ke arah sang Ibu. Seorang Masinis kereta pun panik, dia mencoba mengerem kereta tersebut, namun hal itu sia-sia, kereta tersebut menabrak tubuh sang Ibu hingga terpental beberapa meter. Tubuhnya berlumuran dengan darah. Semua orang mengerumuni Ibu tersebut. Kemudian bibir Ibu tersebut mulai bersuara dengan terbata-bata.
“Miharu… maafkan ibu, karena ibu tidak bisa menepati janji ibu padamu. Maaf… maaf…!”
Semua orang terharu dan merasa sangat sedih atas nasib sang Ibu tersebut, termasuk Paman Takeshi yang juga menyaksikan kejadian itu. Ia pun menangis tersedu-sedu, terlebih lagi mengingat miharu yang hari ini akan pergi operasi mata. Paman Takeshi kemudian mencari Miharu ke setiap sudut stasiun itu, namun tak kunjung menemukannya. Lalu akhirnya di sebuah bangku stasiun yang sepi, ia menjumpai Miharu duduk sendirian disana.
Pamannya terus membujuk Miharu untuk pulang bersamanya, namun Miharu tetap bersikeras untuk menunggu ibunya yang tidak akan datang. Pamannya pun menyerah dan membiarkan Miharu tetap berada disana. Hingga akhirnya malam pun tiba, stasiun itu mulai sepi, hawa dingin terus mengelilingi tubuh Miharu hingga menggigil. Semakin lama tubuhnya semakin lemas dan tidak bisa bertahan dalam hawa dingin itu dan akhirnya ia meninggal, tergeletak di bangku stasiun itu.
Keesokan harinya semua orang di stasiun itu digemparkan oleh penemuan mayat seorang gadis kecil yang sudah terbujur kaku. Sang Paman juga mendengar berita itu. Ia benar benar merasa bersalah pada keponakannya itu. Terlebih lagi ia tidak bisa melaksanakan keinginan terakhir keponakannya itu. Dan sampai kapanpun janji itu tak kan pernah dapat ditepati.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar