Malam dingin yang menyapa, namun hangat kebersamaan kita melenyapkan kedinginan itu. Aku memulai melangkah dengan penuh keraguan, namun kulakukan dengan pasti. Aku melangkah dengan penuh rasa bersalah, namun kurasakan ini indah. Aku menganggap ini adalah cinta, namun apakah ini merupakan cinta?
Aku dan Reno sudah berkenalan selama hampir dua tahun, kami mulai kenal sejak tergabung dalam sebuah komunitas seni pertunjukan. Berawal dari berkenalan, intensitas bertemu, bekerjasama, menjalin chemistry dan berujung pada keakraban. Di mataku keakraban ini sedikit menyimpang, namun saat hati dikuasai ego dan ambisi, semua terlihat bagaikan ranum bunga bermekaran, ìndah.
Sejak bulan lalu, Reno sangat sering menghubungiku, melalui pesan singkat, juga melalui akun sosial media. Dia begitu perhatian, dan sosok yang lucu di mataku. Malam itu ponselku berdering, dan kulihat, itu pesan dari Reno.
“Sasi, kamu kapan pulang?”
“Besok kak, ada apa?”
“Sudah ingin cepat latihan lagi hehe”
“Siap kakak, semangArt!!!”
“Besok kak, ada apa?”
“Sudah ingin cepat latihan lagi hehe”
“Siap kakak, semangArt!!!”
Mungkin itu percakapan yang biasa, namun ketika melihat namanya di layar ponsel jantungku serasa bergetar sangat cepat, bukankah itu hal yang tak wajar? Aku sendiri tak mengerti apa dan bagaimana maksudnya. Hingga tiba di waktu pertunjukan, seperti biasa kami melakukan sebuah kolaborasi musik. Bagiku itu adalah hal yang paling bahagia. Saat kamu melakukan hobbymu sebagai passion dan itu bersama orang yang bisa membuatmu nyaman, suatu hal yang indah bukan? Dan itu yang selalu aku impikan. Dan saat pertunjukan selesai, kami kembali ke ruang make-up, siapa sangka dia meraih telapak tanganku dan menggenggamnya lembut. Serasa keruh rasa di perutku, seakan kupu-kupu tengah menari di dalamnya. Salah!!! Ini hal yang salah.
Seusai pertunjukan, kami pulang sangat larut. Kakakku yang biasa menemani sedang ada bisnis di luar kota, apa daya Reno dengan senang hati mengantarkan pulang. Bercampur rasa, serasa keruh kembali perutku. Reno mengantar hingga di depan pelataran rumah,
“Sudah sampai, segera tidur ya” pintanya dengan senyum manisnya
“Terima kasih kak, hehe iya segera”
“Sudah sampai, segera tidur ya” pintanya dengan senyum manisnya
“Terima kasih kak, hehe iya segera”
Segera, aku tengah terbaring di kasur empuk, badan terasa lelah, namun mata ini tak bisa terpejam. Masih terbayang kak Reno… resah, ini rasa yang salah, namun aku sangat menunggu pesan singkatnya, dan benar saja tak sampai 5 menit ponselku berbunyi, dari Kak Reno mengucapkan selamat beristirahat, dan pesan yang sangat indah
“Jangan menunggu pesan dariku, aku selalu di sampingmu”
“Jangan menunggu pesan dariku, aku selalu di sampingmu”
Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku mengerti ini sebuah kesalahan, jika kulanjutkan aku akan menjadi gadis jahat yang melukai hati murni seorang ibu, karena secara tidak langsung aku merebut belahan jiwanya. Dia seseorang yang sangat kukenal dengan baik. Kak Mirna, sahabat kakakku. Tuhan, jika aku belum mengerti apa artinya cinta, bagaimana itu cinta. Kumohon, pertunjukkan padaku, agar aku tidak tersesat seperti saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar