Tik. tok. tik. tok
Tap.. tap..
Sret… sret..
Suara itulah yang dari tadi mendominasi pendengaranku.
Tap.. tap..
Sret… sret..
Suara itulah yang dari tadi mendominasi pendengaranku.
Aku diberi tugas yang lebih banyak dikarenakan tidak masuk sehari dan membuatku lembur. Aku yakin sekali cuma aku yang masih ada di dalam kantor. Mereka semua pasti sudah terlelap menunggu hari esok, sementara aku masih harus mengerjakan tugas yang diberi bos yang dari tadi aku kerjakan
Tap.. tap.. tap…
Sret.. sret..
Suara itu lagi, suara yang terus membuat jantungku berdesir. Suara langkah kaki seseorang dan suara seperti ada sesuatu yang terseret
Sret.. sret..
Suara itu lagi, suara yang terus membuat jantungku berdesir. Suara langkah kaki seseorang dan suara seperti ada sesuatu yang terseret
Rasanya aku harus cepat keluar dari sini. Satu paragraf lagi dan aku akan dapat keluar dari sini
“Ng…” aku merentangkan tangan dan melemaskan punggungku.
Menyimpan dokumen yang sudah kukerjakan dan mematikan komputer. Aku sudah bersiap pulang
“Ng…” aku merentangkan tangan dan melemaskan punggungku.
Menyimpan dokumen yang sudah kukerjakan dan mematikan komputer. Aku sudah bersiap pulang
Kukemaskan barangku di atas meja dan berjalan menuju pintu keluar. Sebelum sampai di pintu keluar, aku melewati jendela dan melihat seseorang berpakaian serba hitam dan tampak memegangi sesuatu yang meninggalkan bekas di setiap lantai. Dengan bentuk seperti itu aku pun bisa menebak apa yang orang itu seret dari tadi
“Mayat!” pekikku
Seseorang disana menolehkan kepalanya ke arah ruangan tempatku berada. Aku reflek mengunci pintu dan bersembunyi.
Klik. Orang itu mencoba membuka pintu, tapi untungnya tadi aku telah menguncinya.
Setelah mendengar langkah kakinya menjauh, aku keluar dari persembunyianku dan kagetnya dia ada di depanku sambil memegang sesuatu yang terlihat berkilau, pisau.
Klik. Orang itu mencoba membuka pintu, tapi untungnya tadi aku telah menguncinya.
Setelah mendengar langkah kakinya menjauh, aku keluar dari persembunyianku dan kagetnya dia ada di depanku sambil memegang sesuatu yang terlihat berkilau, pisau.
“Jangan bunuh aku, aku bahkan tidak mengenalmu” kataku dan langsung berjalan mundur
Orang itu berjalan ke depan
“Berhenti!” teriakku putus asa
Orang itu berhenti seketika
“Jangan mendekat! Aku tidak melakulan kesalahan apapun!”
“Itu menurutmu, tapi menurutku ada” kata orang itu, wajahnya tidak bisa kulihat maupun kukenali. Menggunakan topi yang hampir menutupi mata dan masker hitam.
“Apa salahku?!”
“Kau telah melihat sesuatu yang seharusnya kau tidak lihat”
Orang itu berlari ke arahku dan menodongkan pisau ke depan
Orang itu berjalan ke depan
“Berhenti!” teriakku putus asa
Orang itu berhenti seketika
“Jangan mendekat! Aku tidak melakulan kesalahan apapun!”
“Itu menurutmu, tapi menurutku ada” kata orang itu, wajahnya tidak bisa kulihat maupun kukenali. Menggunakan topi yang hampir menutupi mata dan masker hitam.
“Apa salahku?!”
“Kau telah melihat sesuatu yang seharusnya kau tidak lihat”
Orang itu berlari ke arahku dan menodongkan pisau ke depan
“Aaaaaaaa….”
“Mimpi cuma mimpi” aku berdiri dan berjalan ke toilet membasuh wajahku yang sudah basah akan keringat
“Fyuh.. untung hanya mimpi” aku keluar dari toilet
“Mungkin udara sejuk bisa menenangkan pikiranku yang sedang kalut ini”
“Mimpi cuma mimpi” aku berdiri dan berjalan ke toilet membasuh wajahku yang sudah basah akan keringat
“Fyuh.. untung hanya mimpi” aku keluar dari toilet
“Mungkin udara sejuk bisa menenangkan pikiranku yang sedang kalut ini”
Sret.. pintu balkon terbuka
Udara sejuk langsung memapar kulitku dalam sekejap. Menghirup udara malam sepuas-puasnya sebelum tidur lagi
“Hah… kurasa sudah waktunya untuk tidur lagi” kataku sambil menutup pintu balkon
Udara sejuk langsung memapar kulitku dalam sekejap. Menghirup udara malam sepuas-puasnya sebelum tidur lagi
“Hah… kurasa sudah waktunya untuk tidur lagi” kataku sambil menutup pintu balkon
Seseorang berdiri di balik pohon sambil menyeringai
“Kau selanjutnya”
“Kau selanjutnya”
Cerpen Karangan: Sania Pujianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar