-

 photo suryaqq728x90_zps62axxndh.gif  photo judi13-728x90_zpsa5peghff.gif
 photo Firaun-Poker-728x90_zpsmmky9jss.gif
 photo im2bet-928x90_zpsw6rsjjqf.gif  photo klikbet_zpsf2qh2m6h.gif

Olahraga

Senin, 20 Juni 2016

Cerpen : Tak Tergesa Tak Tersiksa Seharusnya Cinta

jomluho blohulohulo.”
“eh, jangan dibaca Sep.”
“lha kenapa?”
“itu mantra kutukan bagi para jomblo. Kalau kamu baca, kamu bakal jadi jomblo SELAMANYA huahahahaha. Mau?” ‘JLEB!!! Ya kali ngucapin “selamanya” jangan di caps lock gitu Yan, serem tau dengernya. Tadi kalau ditambah sound effect petir, wah ngenanya tuh sampe ke hati lho, udah dikutuk jadi jomblo, selamanya pula. Ngenesnya tuh, berlapis-lapis kayak kue lapis.
Yeah, emang sih, kalau udah nginjak kepala dua, agak sensitif kalau ngomongin soal “pasangan”. Apalagi nih ya, saat lihat teman-teman seumuran pada gandeng pacar masing-masing, nah sementara tangan jomblo gak ada yang gandeng, jadinya dingin, sampe-sampe beku, ‘helloooo itu tangan atau es batu. Tapi aku mah mencoba dandan cool, stay kalem aja, toh gak ada larangan bagi kaum jomblo untuk menetap di bumi ‘pembelaan.
Hash, udah lah ya, stop bully kaum jomblo, mereka bukannya gak laku bro, mutiara asli lakunya lebih lama kan guys, so please jangan ganggu ketenangan kaum jomblo ‘ehehehe. Biarlah mereka damai dengan hidupnya, istiqomah dalam memantaskan diri bagi jodoh mereka masing-masing ‘aamiin. Karena, kalian enggak tahu seberapa berat perjuangan mereka memerangi keinginan hati. Memilih antara cinta Rabbnya ataukah cinta makhlukNya ‘curhat. Realistis aja deh, jomblo juga manusia, pernah juga jatuh cinta, iya gak sih? Waduh, yang jomblo langsung ngangguk-ngangguk, termasuk aku ‘ehehehe.
Ketika jomblo jatuh cinta, bermacam-macam reaksinya. Ada yang diam, ada yang mengutarakan. Ada yang tetep teguh menjomblo, ada yang memutuskan berpacaran ‘ups. Bukan bermaksud nyindir lho ya, aku sendiri aja merasa ketampar ‘hehehe. Menyadari bahwa, jaman dahulu kala pernah mengobral hati kesana kemari, manggil sayang sana sini ‘hatinya lagi diskon. Pernah lah kejebak cinta bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya tertampar dengan kata-kata “simpen aja terus, ya kali dia bakal tahu, orang gak pernah diutarakan” ‘Jleb. Oke fine, gak mau lagi dah berharap. Ngenes banget rasanya. Akhirnya juga kayak sambalado “ujung-ujungnya sakit hati”.
Dulu sih, dulu banget, nih hati ya bilangnya gitu, eh taunya ‘hmmm, jatuh di lubang yang sama lagi, lagi dan lagi, tragis. Ampun dah, perlu pembenahan moral dan iman nih gua. Ah masa iya sih, udah tahu sakitnya, masih aja diulang terus-menerus. Kayak gini nih siklusnya, jatuh cinta, terus bahagia, abis itu berharap, NYIMPEN RAPET-RAPET DALAM HATI, lama kelamaan capek berharap, akhirnya sadar, terakhir dilupakan, udah gitu aja terus. Sampai bosen yang dicurhatin ‘maap ya Yan. Eh namanya juga CINTA.
Fitrah cinta memang dimiliki setiap manusia. Karena manusia merupakan perwujudan cinta yang agung. Lahir dari sebuah perasaan cinta, tumbuh dengan kasih sayang, dan akan kembali pada cinta yang hakiki, yakni Rabbnya. Lalu cinta mana yang salah? Cinta tak ada yang salah, hanya kadang disalah artikan, salah penempatannya, dan dijadikan kambing hitam pada perasaan yang salah. Ketika manusia terjebak nafsu dan hasrat menggebu, disitulah cinta mulai dijadikan cover tindakan. Yang mana setiap perbuatan mengatasnamakan “cinta” ‘katanya. Uwaduh, tumben agak bening kata-katamu Sep ‘ehehehe.
Dari semesta jatuh cinta, ada satu romantis yang malu bahkan ragu tersampaikan, yang hanya bisa mengendap dalam diam namun melejit jauh ke langit dengan doa. Ada cinta yang demikian syahdu, bukan bergetar dari mulut manis dan janji-janji palsu yang akan menguap seiring berjalannya waktu, tapi dari hati yang menunduk minta restu, yang tak lelah meminta padaNya untuk menjagamu.
“Sep, pernah jatuh cinta?” uwik!!, ngagetin aja lu Yan. Bubar deh lamunannya.
“pernah.” Enteng banget jawabnya Sep.
“sama siapa?” nah loh, diem deh gua. Bukan perkara lupa namanya sih, cuma dengan seringnya aku jatuh cinta ‘ehem, jadi bisa menilai dan memilah, mana yang benar-benar cinta, mana yang hanya sekedar jatuh ‘ah masa iya.
“sama pacarnya orang, hahaha.” ups keceplosan deh.
“loh, pacarku? Ternyata kamu selama ini memendam… hmmm.” idih PD banget nona satu ini. Ya kali aku suka brondong manis kayak dia. Selera kita beda non.
“bukan. Please ya, aku enggak doyan nikung. Ya pokoknya ada lah. Dia itu…” kalimatku tercekat, berhenti, dan diam. Bukan karena tersedak atau cegukan. Istilahnya itu semacam flashback, yang kumaksud “dia” sudah ada di bayang fikiran, ya sebelas duabelaslah sama film dokumenter. Sliwar sliwer kalau bahasa jawanya.
Mata, lekuk senyum, seolah jelas walau mataku tertutup. Mata yang buatku menunduk saat beradu pandang ‘uhuy. Senyum yang menghias mimpi tiap malam ‘ceileh. Bahkan aku takut bertemu dengannya, karena aku tahu betul berat rindu yang harus kutanggung saat berpisah ‘lebay.
Tolong ya Rabb, rasa itu mencekik hatiku. Mencampur bahagia dan sedih secara bersamaan. Perpaduan yang tiada terkira indahnya sekaligus mematikan. Menciptakan candu untuk lebih dalam mengenang dan memberi sesak dalam nafasku.
“Sep!! Kok malah merem sih.” Hadeh ini anak, gak bisa biarin orang ngelamun sebentar.
“lho, kamu jangan salah. Ini bukan merem biasa Yan. Kadang apa yang gak bisa dilakukan dengan mata terbuka bisa dilakukan dengan mata tertutup. Kamu tahu itu apa? MELIHAT KENANGAN. Dia… adalah bagian dari itu semua.” Sengaja ku caps lock yang bagian “melihat kenangan” biar mengena dan memperjelas.
“uweeeehh, baper ya? Hahaha. Inget-inget, dia udah ada yang punya.”
Toh ya masih pacar ‘eh. Kenapa kamu berharap Sep? Ya siapa tahu Allah berkehendak lain dan memisahkan mereka ‘loh. Hush, nih mulut kadang doanya gak bener. Ya semoga segera putus. Memutuskan untuk menikah maksudnya ‘ehehehe. Biar sekalian, daripada nggantung, kayak jemuran, ntar ketiup angin jatuh, jatuh ke hati yang lain, ke… hatiku ‘ups ngarep.
Allah sudah punya janji, laki-laki baik untuk wanita baik-baik dan wanita baik-baik untuk laki-laki yang baik pula. Tenangno pikirmu Sep, ojo panik, ojo gupuh, sing tuenang, jodoh enek sing ngatur, entuk-entuk ‘ehehehe. Yang luar jawa, aku translate ya, “tenangkan pikiranmu Sep, jangan panik, jangan buru-buru, yang tenang, jodoh ada yang ngatur, pasti dapat kok”. Jika yang punya janji Allah, jangan khawatir tidak ditepati. Gak seperti manusia yang ada lupanya ‘eh.
“Yan, lampunya kumatikan ya.”
“oke. Lampunya aja lho ya yang dimatiin, kenangannya gak usah dimatiin. Ciyee masih baper, hahaha.” Uwik, ngerti banget perasaan gua. Mending aku merenung dalam gelap aja Yan, lebih menjiwai ‘ehehehe.
Setelah terdengar bunyi “klik”, langsung disusul ruangan yang gelap. Langkahku meraba-raba menuju kasur, bahkan tak sengaja menginjak kaki Yanti, dan cekikikan sebentar dengannya. Merebahkan tubuhku yang lelah dengan hati yang tengah asyik berperang sejak tadi. Mungkin aku punya bakat terpendam, untuk menjadi penjual es campur. Pandai sekali meracik rasa, mencampur antara bahagia, sedih, takut, bingung, menjadi satu yang sering disebut GALAU. Bisa menjadi inspirasi usaha jual es campur GALAU. Nanti yang beli para jomblo GALAU, pasti omsetnya naik terus tiap hari, ya kan jomblo banyak bertebaran jaman sekarang ‘ehehehe. Sengaja memang ku caps lock, biar mengena dan memperjelas. Bahwa hatiku sering GALAU ‘apa sih Sep.
Oke, saatnya berbicara dengan diri sendiri. Mencoba menarik satu per satu benang kusut yang telah menjadi satu kesatuan yang rumit. Saking kusutnya, aku tak tahu harus mulai mencabut darimana. Memisahkan antara yang bisa dilogika dan dirasa. Sebenarnya ini hanya soal “kesadaran”. Sebuah pengakuan dari dalam diri bahwa yang terjadi memberikan faedah atau tidak. Bukankah sesimpel ini “apa yang buatmu bahagia pertahankan, yang buatmu sedih lepaskan”. Kata-kata kiasan yang cukup menampar diriku yang keras kepala. Namun, realita memang tak seindah dan semudah yang tertulis maupun terucap. Tak semudah membalikkan tangan seperti saat mengecek apakah langit menurunkan hujan, padahal mata telah melihat tetesan jatuh perlahan. Sudah jelas tapi meragukan.
Dan, baiklah… ini pengakuanku.
Sejatinya aku tak menyesali pertemuan denganmu, yang sedang hinggap di hati. Bukankah sang Maha Cinta yang menulisnya. Dan semesta mematuhi dengan membentuk takdir dua manusia yang belum mengenal untuk saling tegur sapa. Sudah menjadi bagianku dan bagianmu dalam kontrak perjumpaan. Entah sementara atau dalam waktu yang lama. Hingga sampai pada batas peranku nanti, aku ingin menjadi manusia yang memiliki kesan baik dalam hidupmu. Seperti kamu yang telah memiliki tempat dalam lingkar hidupku. Untuk setiap kenangan yang ada, apalah artinya aku menyalahkan waktu yang tidak memulainya lebih awal dan memberikan kesempatan bagiku untuk mengenalmu lebih dulu daripada bunga yang telah kau genggam. Keinginan macam apa itu. Bukankah waktu selalu tepat?
Kita, membawa peran dan pesan masing-masing saat dipertemukan. Dalam lingkar hidupku, kau berperan dengan sangat apik. Kau seperti musik dalam sepi. Alunan alam yang tentram bak hujan. Atau ombak yang menggetarkan. Perlahan tapi pasti, akan melenakan. Kaulah muara perasaanku. Feel yang kudapat saat bersamamu adalah hal yang fantastic. Bahagia sekaligus sedih. Cemburu sekaligus rindu. Bagaimana bisa hati merasakannya bersamaan. Ketika semua rasa ada, lengkap, dan hanya menuju pada satu tempat, yaitu kamu, lalu kemana lagi aku harus sembunyi saat kehancuran mengikuti.
Maaf aku belum pandai menyikapi hati. Hingga menjadikanmu tawanan dalam tiap hayalan yang tak pantas. Semoga aku tegar mengenggam rasa ini, bukan berharap menggenggamu erat seolah takut kehilangan, padahal sama sekali tak memiliki. Semoga aku selalu sadar akan batasanku, bukan berharap melebur batas untuk selalu dekat denganmu. Semoga aku senantiasa diam, tetap diam, akan selalu diam, sampai takdir Allah yang berbicara, kau yang memang diciptakan menemaniku menyapa masa depan atau hanya sekedar masa lalu yang sesekali kusapa. Nice to meet you.
Sebelum akhirnya mataku benar-benar terpejam untuk menyambut mimpi, batinku lirih bergumam, seolah berbincang denganNya.
Ya Rabb, Engkau lebih tahu seberapa dalam aku jatuh. Bagaimana Kau gores bagan demi bagan peristiwa jatuh cinta itu. Indah sekaligus memilukan. Dan tiap harapan seolah menggantung rapuh, menunggu jatuh dalam kecewaku sendiri. Meski kutahu laranya, entah mengapa kumasih manja, memainkan hujan yang semakin deras tanpa sadar aku mulai menggigil sakit. Bukankah sama hal nya dengan merajam hatiku perlahan dengan cinta. Aku harus rela berkali-kali jatuh, terluka, tertatih sampai lupa bahwa tiap kesakitan itu sia-sia. Hanya tinggal menungguku lebur total dalam hayalan.
Ya Rabb, aku sangat paham, dalam hatinya bukan cinta untukku, dalam fikirannya bukanlah senyumanku, dan ucap bibirnya bukan memanggilku sayang, tapi ijinkan aku ya Rabb, hanya sekedar menyemai doa bagi jiwa dan raganya, sehingga bibir tak perlu basah mengucap rasa, cukup kurajut doa, semoga dia bahagia dalam lindunganMu. Sungguh, damai dan bahagiaku hanya sebatas itu.
Seharusnya hati tak tergesa memutuskan, apalagi untuk menyampaikan bahwa aku sedang jatuh cinta padamu. Seharusnya aku tak tega menitipkan rasa yang belum menggenggam ridhoNya. Seharusnya aku tak tersiksa dengan cinta yang melahirkan rindu yang belum halal dirasa. Seharusnya cinta, hadir dengan anggun, menetap sewajarnya, dan diam dalam doa. Tak tergesa, tak tersiksa, seharusnya cinta.
Cerpen Karangan: Septyka Kusuma Wardan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar